Welcome

Selamat Datang di Blog Balintang

Senin, 30 Mei 2011

Struktur Spasial Perekonomian Kota dan Aglomerasi Ekonomi

Struktur Spasial Perekonomian Kota dan Aglomerasi Ekonomi

Terdapat 3 skala ekonomi yang mungkin terjadi di perusahaan-perusahaan, yaitu skala ekonomi konstan, skala ekonomi meningkat dan skala ekonomi menurun. Skala ekonomi tersebut akan menentukan keputusan bagi perusahaan apakah mereka tetap mengelompok atau tidak. Pada kasus skala ekonomi konstan pengelompokan yang terjadi tidak akan berlangsung lama. Sebaliknya pada skala ekonomi meningkat pengelompokan ekonomi akan terus berlanjut.
Pengelompokan perusahaan dan aktivitas dalam suatu wilayah dikenal dengan istilah aglomerasi. Keuntungan dari aglomerasi ekonomi adalah, (a) menghemat biaya transportasi dan (b) menghemat biaya iklan. Dengan demikian, secara umum maka biaya produksi yang harus dikeluarkan oleh perusahaan akan dapat dihemat dari adanya pengelompokan tersebut. Adapun dampak negatif dari adanya eglomerasi ekonomi adalah (a) timbulnya kemacetan, (b) timbulnya berbagai jenis polusi, dan (3) meningkatnya angka kriminalitas.
Menurut Marshall terdapat tiga sumber mengapa aglomerasi ekonomi selalu terjadi, yaitu (a) kelimpahan informasi (information spillovers), (b) input lokal yang tidak diperdagangkan (local non-traded inputs), dan (ci) ketersediaan tenaga kerja terampil lokal (local skilled labour pool).

Jenis-jenis Aglomerasi dan Pengelompokan Ekonomi Lainnya

  1. Terdapat 3 jenis aglomerasi ekonomi, yaitu (1) internal return to scale, timbul karena perusahaan memiliki skala ekonomi yang besar, (2) lokalisasi ekonomi, terjadi pada satu kelompok perusahaan dalam satu industri yang sejenis yang terletak pada lokasi yang sama, dan (3) urbanisasi Ekonomi, timbul pada perusahaan-perusahaan dari sektor industri yang berbeda-beda yang mengelompok di lokasi yang sama.
  2. Menurut Hoover jenis-jenis aglomerasi tersebut terutama disebabkan oleh adanya perbedaan definisi antara perusahaan dan industri. Perusahaan adalah aktivitas yang mengombinasikan input sedemikian rupa untuk menghasilkan barang atau jasa. Industri adalah kumpulan perusahaan yang memproduksi produk yang sejenis.
  3. Di samping teori aglomerasi terdapat 5 teori lain yang mampu menjelaskan mengapa pengelompokan perusahaan tersebut selalu terjadi. Kelima teori tersebut adalah (1) model kutub pertumbuhan, (2) model inkubator, (3) model siklus produk, (4) model Porter, dan (5) model area industri baru.

Pasar Lahan dan Model Von Thunen

  1. Lahan merupakan satu-satunya faktor produksi yang tidak mengalami peningkatan sehingga kurva permintaan lahan akan berbentuk vertikal. Jika terjadi kenaikan permintaan terhadap lahan maka harga sewa lahan akan semakin meningkat.
  2. Menurut von Thunen kurva bid-rent akan ber-slope negatif. Lebih lanjut von Thunen menyatakan bahwa harga output dan biaya transportasi merupakan 2 faktor penting dalam menentukan radius suatu perkotaan. Jika harga output naik maka radius pasar akan meningkat. Jika biaya transportasi semakin meningkat maka raidus kota akan berkurang.
  3. Jika terjadi persaingan antarprodusen dalam memanfaatkan lahan maka produsen yang mampu membayar sewa lahan yang paling tinggi akan memenangkan persaingan tersebut. Umumnya kegiatan yang nilai jualnya tinggi akan cenderung berlokasi di dekat pusat kota, sebaliknya kegiatan yang nilai jualnya rendah akan cenderung berlokasi di pinggiran kota.

Model Bid-Rent (Penawaran Sewa) bagi Perusahaan dan Rumah Tempat Tinggal

  1. Pada model bid-rent perbandingan antara penggunaan lahan dengan non-lahan diasumsikan sudah mengalami perubahan. Artinya, jika sewa lahan sangat tinggi maka produsen/rumah tangga akan menggunakan lahan dalam jumlah yang sedikit, dan mengompensasi dengan menggunakan barang non-lahan lebih banyak. Sementara pada model von Thunen perbandingan antara lahan dengan non-lahan diasumsikan tetap. Dengan demikian, kurva bid-rent akan berbentuk cembung terhadap titik asal, sedangkan menurut von Thunen kurva bid-rent akan berbentuk garis lurus.
  2. Untuk menghemat biaya transportasi maka sektor perekonomian yang berorientasi kepada konsumen akan memilih lokasi dekat pusat kota. Sebaliknya pada sektor yang memerlukan lahan yang relatif lebih luas dan membutuhkan bahan mentah dari sektor-sektor pertanian maka untuk menghemat biaya transportasi sektor ini akan cenderung berlokasi di pinggiran kota.
  3. Lokasi tempat tinggal antargolongan rumah tangga sangat ditentukan oleh jarak relatif. Jika jarak relatif diasumsikan konstan maka rumah tangga kaya cenderung akan berlokasi di pinggiran kota, sementara rumah tangga yang berpendapatan rendah berlokasi di pusat kota. Sebaliknya apabila jarak relatif semakin meningkat maka rumah tangga yang berpendapatan tinggi akan berlokasi di pusat kota dan rumah tangga berpendapatan rendah berlokasi di pinggiran kota
Sumber Buku Ekonomi Regional Karya D.S. Priyarsono
sumber : http://massofa.wordpress.com/2008/03/02/struktur-spasial-perekonomian-kota-dan-aglomerasi-ekonomi/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar